Saya nggak pernah pengin banget sepenuhnya nulis atau journaling di laptop atau ponsel. Pertama, karena menurut saya kurang asyik dibanding journaling di buku biasa. Kedua, karena saya pernah nyoba dan berakhir lebih banyak menghabiskan waktu menghias dan menata gambar daripada menulisnya. Utak-atik software editing gambar ternyata butuh skill tersendiri yang saya belum mumpuni, huft....
Namun, pandangan itu berubah pekan ini. Saya juga nggak nyangka. Mana berubahnya berasa ngebalik tangan: berubah gitu aja! Dan, nggak butuh waktu lama.
Ceritanya weekend lalu saya jalan ke toko buku. Eh, kok, hati ini tergerak waktu membaca satu demi satu blurb di sampul belakang novel.
"Kayaknya ceritanya bakal gini-gitu, deh",
"Harusnya dia nggak usah bingung, tinggal gini-gitu aja",
"Eh, kutipannya cantik. Tapi gimana kalau interpretasi kejadiannya jadi gini-gitu aja."
Dan seterusnya. (Toko buku dan perpus emang tempat ajaib buat membangkitkan imajinasi, yak, hehe). Akhirnya, 'gini-gitu' tadi saya ketik di aplikasi notes bawaan ponsel. Tapi... kok beberapa ada yang panjang banget, ya, sampai dua paragraf. Apa nggak sebaiknya ditulis di buku khusus aja?
Sebenarnya saya punya buku khusus 'nulis'. Cuma, nggak tahu, deh, akhir-akhir ini jarang banget saya tulisi. Plus, harus saya akui, belakangan saya emang lebih akrab pegang HP daripada buku/laptop. Padahal, saya kurang suka nyatat ide ataupun nulis panjang di HP karena tampilannya kurang menarik ("Lho kan di laptop juga gitu-gitu aja?" Iya, sih, tapi vibes-nya berasa lebih cocok aja buat nulis panjang). Akhirnya, beberapa 'tabungan ide' pun lolos begitu aja.
Ada, sih, yang tercatat. Tapi itu pun jarang dibuka karena tertimbun bersama dengan daftar belanjaan, to-do-list, dan catatan-catatan lainnya, hehe.
Namun, kalau ingat kejadian di toko buku tadi, apa nggak sayang? Apalagi kalau ngelihat frekuensi penggunaan, kok kayaknya bakal lebih efektif kalau diketik dulu di ponsel, ya? Biarin, deh, kalimatnya acakadul, superpendek, atau nggak nyambung sama sekali. Nanti, kan, bisa 'dijahit' jadi satu tulisan utuh. Daripada kelewat gitu aja dan pegang HP cuma buat main medsos/games doang....
Tapi, pakai apps apa? Rata-rata aplikasi notes/diary/journaling yang pernah saya temui pun tampilannya mirip-mirip. Dan, satu ini yang nggak pernah saya temui padahal cukup penting kalau journaling di buku: bisa nempel stiker atau foto di sembarang tempat; nggak cuma sejajar baris teks. Ada, sih, yang bisa begini tapi biasanya apps editing gambar macam Ca*va dkk. Padahal, saya pengin apps yang lebih fokus di teks biar ya itu tadi: lebih lama nulisnya daripada menghiasnya.
Awalnya saya skeptis bisa nemu. 'Kalau nggak ada, ya udah, deh, rutinin nulis di buku aja'.
Setelah scrolling beberapa saat dan nyoba beberapa apps, saya nemu satu aplikasi yang cukup memenuhi keinginan. Tampilannya artsy, sheet 'kertasnya' bisa diganti warna-warni, dan yang terpenting: ada stiker free yang bisa ditempel di mana pun. Yesss! Alhamdulillah....
Contoh hasil digital journaling menggunakan aplikasi ponsel |
Nama aplikasinya: My Diary.
Selain punya fitur stiker, dia juga bisa gonta-ganti font dan warna teks. Suka banget karena ada font tipe handwriting yang bikin jadi kayak tulisan tangan. Ada bullets and numbering-nya juga. Pun meski nggak bisa bikin folder untuk mengumpulkan tulisan yang sejenis, dia punya fitur tags.
Yang paling saya suka adalah tampilan aplikasinya yang nyeni dan warna-warni; beda dari apps sejenis pada umumnya. Sheet 'kertas' pun bisa digonta-ganti. Tersedia beberapa gradasi warna dan ilustrasi. Tampilan antarmukanya (home) juga bisa diubah, jadi nggak monoton gitu aja.
Buat journaling digital, fiturnya lumayan lengkap. Warna teks, font teks, spasi, bullets-numbering, semua bisa diatur. Tampilannya juga warna-warni tapi nggak mencolok gitu. Berasa ada temanya. Apps ini juga bisa diberi password supaya nggak bisa dibuka sembarang orang yang kebetulan pinjam HP kita. Dan, kalau kita suka nulisnya pindah-pindah antara ponsel-laptop, notes di sini bisa dikonversi ke txt dan PDF. Jadi bisa dilanjut nulis di laptop, deh.
Selain fasilitas di atas, ada juga fitur lain yang nggak begitu saya butuhkan tapi tetap menarik. Antara lain mood tracker, badge untuk beberapa accomplishments, dan template yang bisa bantu kita kalau buntu mau nulis apa. Apa lagi pengin nulis gratitude journal, travel journal, dsb. Kita juga bisa nambahin template yang kita pengin susun sendiri. Buat yang pengin ngerutinin nulis, ada juga fitur tracker yang menandai hari apa aja kita nulis di apps ini.
Namun, nggak semua fitur ini bisa diakses oleh pengguna free. Fitur-fitur macam lebih banyak stiker, lebih banyak ilustrasi sheet, bentuk-bentuk bullets and numbering lucu hanya bisa digunakan di fitur berbayar. Yah, fitur yang lebih nyeni gitu lah. Beberapa fitur sederhana seperti bold-italic-underline-highlight juga berbayar. Mood tracker dan konversi ke PDF juga sama, keduanya hanya bisa diakses oleh pengguna yang upgrade ke versi pro.
Sayang juga, sih. Namun, setelah nyoba pakai aplikasi ini, stiker yang terbatas itu juga udah cukup banyak, kok. Dan, ternyata, ada stiker yang bisa diakses kalau sudah punya accomplishment badge tertentu. Tanpa fitur bold-italic-underline-highlight ternyata juga udah cukup, bisa diakali dengan main capslock. Pun keterbatasan pengaturan warna, font, dan ukuran teks yang seragam di satu sheet ternyata nggak terlalu mengganggu. Nggak bisa ngubah ke PDF? Masih bisa ngubah ke txt. Kalau tulisan panjang yang mau dilanjut ke laptop, kan, biasanya cuma butuh teksnya aja. So, so far, no problemo.
Namun, kalau pengin digital journaling-nya lebih asyik, emang lebih baik kalau upgrade ke versi pro. Kelihatan lebih bebas berkreasi gitu.
Jadi, mari lihat apa saya bisa istikomah nulis setelah dimudahkan dengan digital journal atau ini bakal ber-ending sama dengan manual journal yang saya isi angin-anginan, wkwkw.