(Judulnya formal & serius amat ya
kayaknya, haha. Padahal isinya lebih kayak cerita biasa. Rada template biar ke-detect SEO aja padahal ya nggak kayak gitu cara mainnya lol Ilustrasinya juga nggak nyambung)
Okay, back to business.
Seseorang pernah nanya ke saya, “Gimana
sih biar suka/hobi baca?”
Pertanyaan ini bikin garuk-garuk kepala. Ini
sama aja kayak nanya kenapa ada orang yang suka es krim tapi ada juga yang
nggak suka; kenapa teman kita ada yang naksir si X dan bukan si Y.
Ya karena … emang suka.
Apa rasa suka bisa dipaksakan? Kan enggak.
Sama dengan baca buku.
Tapi, bukan berarti nggak bisa dibiasakan. Sama kayak kita yang nggak semuanya suka Matematika
tapi karena dibiasakan, seenggaknya kita bisa kalau tiba-tiba disuruh ngitung
perbandingan senilai (apalagi kalau yang dibandingin itu harga barang di toko
online pas event 11.11).
Jadi gimana caranya?
Untuk catatan, cara orang beda-beda, yak.
Cocok buat saya belum tentu cocok buat ngana. Ini cuma berdasar pengalaman
(halah!) personal saya aja sih.
1. START SMALL
… tapi rutin. Usahakan sehari baca paling
enggak sekali. Nggak perlu lama-lama, 15 menit aja cukup. Dan, nggak perlu panjang-panjang.
Baca teks panjang juga nggak apa-apa sih—apalagi kalau enjoy— tapi
membaca sedikit ini lebih buat memicu minat baca. Khawatirnya bakal jenuh dan hilang minat kalau ngerasa diwajibkan baca agak banyak.
Berapa banyak ‘sedikit’ itu? Terserah. Saya
kemarin cuma tiga lembar per hari. Meski kadang karena ngerasa nanggung dan
telanjur penasaran jadi dilanjutin lebih dari tiga, hehe. Ini cuma butuh waktu
paling lama 15 menit.
Kalau dibatesinnya bukan lembar, tapi waktu,
gimana?
Ya, monggo kerso, silakan aja. Suka-suka.
Cuma kalau pengalaman saya, dibatasi pakai
waktu terasa lebih mengganggu. Sedikit-sedikit lihat HP buat lihat waktu (“Duh
kok masih lama sih?”). Tapi kadang malah waktu lagi asik-asiknya, alarm keburu
bunyi. Jadi keasyikan baca bukunya berkurang. Jadi saya pilih pakai lembar aja.
2. BACA BUKU YANG DISUKAI
… atau genre buku yang disukai. Atau, buku
yang emang pengin dibaca karena penasaran. Supaya ada pemantik: memang suka
bacaan itu/penasaran isinya.
“Tapi aku sukanya baca komik.”
Nggak apa-apa. Baca! Ini kan baru
pembiasaan. Nanti kalau sudah biasa, bisa lanjut ke buku-buku
yang lebih tebal. Waktu kecil, saya juga juga gitu. Ortu membiasakan dengan
buku dongeng bergambar. Lalu waktu agak besar, ke komik tokoh-tokoh dunia dan
novel anak. Terus saya melebar ke koran, majalah, dan semacamnya, kemudian berlanjut
ke novel teenlit, lalu novel sastra, lalu buku-buku nonfiksi. No problemo, semua
bertahap. Yang penting enjoy dulu.
Lagipula, komik itu nggak jelek, kok. Banyak
komik-komik yang bagus. Bahkan saya pernah nemu komik yang pembacanya kudu
mikir dulu, sedangkan ada pula novel yang udahlah isinya nggak jelas, gaya penulisannya
kayak anak SD baru belajar ngarang.
Saya juga pernah coba baca buku yang masuk kategori must
read. Kebetulan semacam buku pengembangan diri yang lagi ngetren gitu lah di kalangan
mahasiswa. Banyak teman yang review, “Bagus nih, kamu kudu baca apalagi kamu suka baca!” Terus, saya
bacalah itu buku.
And then? Udah seminggu nggak habis-habis,
euy. Jangankan habis/enjoy, isi bab yang barusan dibaca aja nggak begitu
ngeh, masih nggrambyang. Bukan nggak paham, tapi karena I can’t
grasp the idea. Kemudian saya sadar: saya baca itu buku bukan karena pengin/penasaran
tapi karena ngerasa kudu baca, ikut tren para pembaca lainnya.
Kalau dari awal udah nggak enjoy, ya
gimana bisa suka (baca)?
Sama lah kayak naksir orang.
NB: ada sih buku yang sebaiknya dibaca
meski kita nggak terlalu pengin tahu. Bisa buku nonfiksi atau fiksi. Kadang saya
juga memaksa diri baca buku-buku itu supaya nambah isi otak atau memperluas referensi. Bisa, kok.
Masuk ke otak. Cuma nggak masuk ke hati. Nggak apa.
Namun, karena di sini yang dibahas adalah
membiasakan membaca, jadi saya saranin supaya cari sesuatu yang bisa bikin suka
secara alamiah dulu.
3. SEDIAKAN BUKU KHUSUS KETIKA MALAS MELANDA
Akan ada waktu saat dalam seminggu full
kita malas baca. Atau, kalau programnya harian, ada hari yang sibuk banget
atau maleeees banget baca (penginnya main medsos atau main HP aja—ini sih saya,
wkwk). Terus gimana biar nggak putus dan bisa istikomah?
Biasanya saya sediakan satu buku yang antarbab nggak begitu berhubungan. Maksudnya?
Gini. Sebetulnya, saya tipe orang yang
nggak bisa kalau baca itu dipotong-potong. Misalnya satu buku dibaca dalam
seminggu. Nggak bisa. Soalnya, saya bakal gampang lupa apa yang udah dibaca.
Jadi emang harus habis dalam sehari. Max 3 hari. Kecuali textbook dan
buku nonfiksi scientific. Makanya dulu, meski bacanya ngejoss, paling
seminggu saya cuma bisa baca 1 buku meski sehari langsung habis.
Nah, karena saya harus mulai membiasakan
membaca dari awal lagi, ya nggak mungkin ritmenya kayak gitu, dong. Jadi untuk menyiasati hari
malas baca, saya sedia buku macam kumpulan cerpen/esai/artikel. Nah kalau kayak
ini kan, satu cerpen paling 10 lembar bahkan bisa lebih pendek. So yang
dibaca lebih pendek, tapi tetap baca.
Kalau nggak suka cerpen, gimana?
Bisa diganti buku-buku yang ‘babnya adalah
pembahasan terpisah’. Selain antologi cerpen, kadang saya baca kompilasi
artikel Ekspedisi/Liputan Kompas, misalnya. Atau buku semacam ‘jenis-jenis tumbuhan TOGA
Indonesia’, itu kan tiap babnya cuma bahas satu jenis tanaman.
4. JAUHKAN SUMBER DISTRAKSI
Ini ‘tips’ paling penting, paling krusial,
paling esensial.
Jauhkan HP atau matikan internet. Dua itu
sih sumber distraksi saya yang paling utama. Bahkan, yang disebut kedua adalah hal
yang bikin saya berpindah hati dari buku. Apalagi setelah pandemi ketika harga
paket data dan wifi jadi jor-joran murahnya (dulu mah buka Youtube pakai
HP aja kalau mepet banget).
Duluuu, sebelum harga paket data &
wifi ‘semurah’ sekarang, saya suka ngakalin dengan sengaja beli paket data yang memang
koneksinya jelek. Jadi memang cuma lancar buat chatting aja. Terus
kalau butuh buka web dll gimana? Di kampus. Kalau terpaksa buka web di
kosan, paling cuma buka website jurnal yang notabene teks semua jadi loading-nya
cepet.
5. EBOOK
Gimana kalau masih tetap lebih suka pegang
HP?
Baca ebook (yang legal). Ada beberapa
aplikasi, seperti Google Books dsb. Saya pakai iPusnas. Dia gratis. Selain itu,
ada aplikasi perpustakaan lain yang juga gratis, cari aja.
(“Ngantre lama dong?” Kalau buku yang populer,
iya. Tapi nggak semua juga. Beberapa buku Dee, misalnya, saya pinjam tanpa
antre. Kadang malah nemu hidden gem; buku yg isinya bagus tapi jarang
orang cari/tahu. Tanpa antre.)
Saya baca ebook via HP kalau lagi males
banget baca buku dan seharian lebih sering pegang HP. Mau berpisah, rasanya
susah. Tapi saat dipegang, terasa bosan. Sering kan, kita pindah-pindah apps
karena bosan sampai mikir, “Buka apa lagi yaa?”
Nah, cara ini saya pakai kalau lagi kayak
gitu. Daripada random tanpa guna, buka aja apps membaca. Tips ini
biasanya saya kombinasikan dengan tips nomor 3 karena moodnya sama: lagi males.
Dan, karena mata saya tipe yang cepat perih kalau baca buku di HP, cara ini lumayan membantu. Tetap baca, tapi nggak terlalu lama.
==============================
Mau cerita sedikit. Sebenarnya, udah
hampir dua tahunan ini saya nggak melahap habis satu buku. Setahun mungkin cuma
tamat 1-2 buku baru. Bacanya juga loncat-loncat aja dan itu buku udah
terlupakan bahkan sebelum dibaca separuh. Durasinya pun nggak lama. Satu jam
nggak pakai tengak-tengok itu udah rekor banget.
Padahal dulu? Satu buku dengan tebal 500
halaman lebih bisa saya lahap dalam sehari. Nggak skimming atau scanning,
tapi emang beneran dibaca. Dan, kalau diminta mengisahkan ulang, saya
bisa nyeritain detail isinya apa.
Karena makin sibuk, kali?
Well, no. Malah kayaknya dulu jauh lebih sibuk, secara fisik ataupun otak.
Sebenernya udah tahu kenapa, sih …. Tak
lain tak bukan: distraksi HP. Scroll medsos (apalagi kalau lagi bangun niche
ya kan—alasan aja sih), nonton Youtube, chatting, dll dsb dst. ‘Untungnya’
masih baca juga meski baca komik online yang per episodenya terbit per
minggu (sehingga fokusnya cepat loncat ke judul komik lain yang juga lagi update hari itu).
Nah itu kan masih baca!
Kalau ngitungnya gitu, ya, masih baca.
Masih sering baca artikel juga, misalnya yang di-share akun-akun macam
NatGeo dkk. Tapi, kan, itu paling cuma 3-5 lembar. Setelahnya langsung ganti baca
artikel lain. Jadi durasi fokus baca di satu topik itu nggak lama. Beda dengan
buku yang butuh berjam-jam buat stay di satu bahasan.
Untungnya sebulan lalu, ada teman-teman yang
menggagas program rutin membaca buku sebulan penuh. ODTL namanya, singkatan
dari One Day Tiga Lembar (jangan tanya kenapa bahasanya campuran, saya
juga lupa kenapa, wkwk). Setiap hari harus lapor mandiri ke tautan yang
diberikan: baca buku apa & berapa lembar. Di akhir pekan, laporan itu akan
direkap admin dan dibagikan progress membaca tiap orang. Yang dibaca
nggak banyak kok, sehari minimal 3 lembar. Dan, idealnya emang membaca tiap
hari, tapi kalau bolong juga nggak ada hukuman.
Saya mutusin ikut buat membangun kembali
kebiasaan membaca. Siapa tahu setelah ada dorongan eksternal a.k.a kewajiban
setor, saya jadi lebih ajeg. Dan, kalau berhasil 30 hari tanpa bolong, bisa
jadi fondasi buat ngelanjutin kebiasaan baca di bulan-bulan selanjutnya, meski
nggak laporan ke admin lagi.
Did I manage, considering that I haven’t do
it for a long time?
Yes. Thankfully, alhamdulillah, walau diwarnai ke-moody-an dan
kemalasan. Bahkan bisa habis dua buku 300++ halaman yang salah satunya mampu
dihabiskan dalam sehari dengan enjoy dan nggak ngoyo (yep, buku
yang pekan kemarin baru saya review di sini, wkwkwk).
Dan sisanya adalah buku-buku yang saya baca
dengan ‘5 Kiat Agar Suka Membaca’ di atas, wkwk. Jadi ya … emang banyak buku
yang dibaca lompat-lompat atau pilih-pilih bab. Ada sih beberapa buku yang full dibaca (tapi tipis).
Barangkali ada yang punya kiat
lain supaya suka membaca, mangga drop di kolom komentar. Siapa tahu
lebih efektif dari cara saya.