Ketika Bunga Tabebuya Mekar Bersama-sama - Hijaubiru

Jumat, 29 November 2024

Ketika Bunga Tabebuya Mekar Bersama-sama

 

‘November but last year’. Stiker Instagram itu membuat saya membuka-buka galeri di ponsel, melihat-lihat foto tahun lalu. Satu tanggal menarik mata karena foto-fotonya paling banyak, hahaha. Foto itu adalah kumpulan potret pohon tabebuya yang sedang mekar.

 

Bunga tabebuya tampak spesial karena saat berbunga, bunganya rimbun banget memenuhi seluruh pohon. Tahu seperti apa bunga sakura saat mekar? Yup, tabebuya yang mekar pun sama seperti itu. Nggak heran kalau dulu saat awal popularitasnya di Indonesia mulai naik, ada orang yang menyebutnya ‘sakuranya Surabaya’.

 

Apa cuma ada di Surabaya aja?

Enggak. Di kota-kota lain juga ada dan rimbun juga, seperti Malang, Magelang, Batu. Namun mungkin karena ketika pertama viral, banyak yang posting dari Surabaya, maka ada yang nyebut ini ‘sakuranya Surabaya’.

 

Jadi, apa tabebuya adalah ‘kembaran’ pohon sakura?

 

 

Asal-Usul Tabebuya



Bukan, tabebuya malahan nggak punya hubungan kekerabatan sama sekali dengan pohon sakura (kecuali bahwa mereka sama-sama angiosperma). Nggak sekadar beda spesies, dari genus aja mereka sudah lain: genusnya Tabebuia sedangkan sakura bergenus Prunus. 

 

Bila silsilahnya ditelusuri, tabebuya termasuk dalam golongan pohon-berbunga-seperti-terompet. Makanya kalau dilihat lebih detail, bunga tabebuya ya, bentuknya seperti terompet. Oleh karena itu, dalam bahasa Inggris ada yang menyebut tabebuya sebagai ‘trumpet tree’.

 

Tabebuya sebenarnya bukan pohon asli Indonesia. Mungkin itu sebabnya ia baru banyak dikenal di Indonesia beberapa tahun terakhir. Ya karena ditanam di sini baru beberapa tahun belakangan ini.

 

Tabebuya sendiri berasal dari Amerika Tengah dan Selatan. Daerah-daerah tersebut punya iklim yang mirip dengan Indonesia, yaitu iklim tropis. Karena itulah tabebuya bisa tumbuh dan berbunga dengan semarak di sini; karena iklimnya sama dan ia suka suhu cenderung panas.

 

Tahu sendiri, suhu Indonesia (apalagi Surabaya) panasnya seperti apa. Di tengah suhu panas yang menyiksa inilah tabebuya akan berbunga. Mungkin suhu tinggi akan memicu pembungaan? Atau lama intensitas matahari yang jadi pemantiknya? Entahlah, kayaknya saya harus searching lagi soal ini. Bakal di-update kalau sudah nemu, hahahah.


Oleh karena itulah kalau sudah masuk bulan berakhiran -ber dan suhu makin panas, biasanya pertanda tabebuya akan segera berbunga. Inilah yang jadi sering jadi bahan selorohan saya dan teman-teman ketika posting kalau tabebuya sudah berkembang.

 

Tahun ini, tabebuya mekar lebih awal. Bila tahun lalu mereka berbunga saat pertengahan November, maka tahun ini mereka sudah semarak di pertengahan Oktober. Sekarang bunganya sudah habis dan menyisakan daun aja, sehingga tampak nggak ada beda sam pohon lainnya. Meski, itu beruntung juga karena artinya musim hujan tahun ini datang lebih cepat daripada tahun lalu. Awal Desember tahun lalu, langit masih full biru!

 

“Cakep banget!”

“Cantik banget bunganya.”

“Jadi kayak di Jepang.”

Dan kalimat-kalimat bernada serupa. Saya membenarkan ucapan mereka karena... emang cantik banget! Seluruh kota jadi cakep! Minusnya ‘cuma' temperatur (dan kelembapan) yang tinggi sehingga cuaca jadi sumuk pol.

 

Cuaca yang panas juga jadi alasan mengapa saya memilih waktu pagi-pagi untuk keliling hunting foto tabebuya atau pohon berbunga lainnya. Biasanya saya berangkat jam 6. Itu pun matahari udah tinggi dan udah lumayan terasa panas. Jam 9 atau mentok jam 10, saya udah pulang.

 

Selain karena udah terasa panas (dan kulit pasti akan gosong kalau diterusin nangkring di pinggir jalan), saya perhatikan cahayanya juga udah mulai kurang menarik. Akibatnya foto yang dihasilkan pun jadi kurang estetik.

 

Kalau pengin menghindar dari cuaca panas sama sekali, saran saya adalah berburu potret tabebuya di kota lain; jangan Surabaya. Di jalan besar di Magelang ada deretan tabebuya. Waktu saya ke Malang dan Batu pun ada. Namun di kota-kota ini saya kurang tahu apa penanda waktu berbunganya karena nggak sepanas di Surabaya. Mungkin lebih awal? Soalnya tahun ini, saya dapat kabar dari teman di Kota Malang bahwa di sana sudah berbunga. 1-2 minggu kemudian, di Surabaya baru rimbun-rimbunnya.

 


Tips Berburu (Potret) Tabebuya

Dibilang tips sebenarnya juga bukan sih, lebih ke saran aja supaya lebih enjoy (versi saya tentunya, haha). Kalau nggak pengin berburu potret dan pengin ngelihat bunganya aja juga bisa. Ini dia sarannya:

 

1. Pilih waktu dan kenali kapan tabebuya berbunga

Kerimbunan bunga tabebuya nggak berlangsung lama, hanya sekitar 1-2 minggu. Di akhir pekan kedua, bunganya masih lumayan rimbun tapi lebih kerontang. Jadi kalau pengin lihat/motret pas rimbun-rimbunnya, paling pas di pekan pertama.

 

Tahun sebelumnya saya pernah coba hunting foto di pekan kedua. Alasannya karena kalau pekan pertama, kepikir kalau banyak juga orang yang hunting sehingga bakal ramai. Ternyata di akhir pekan kedua ini bunganya udah nggak serimbun di awal. Akhirnya foto yang dihasilkan pun kurang memuaskan.

 

Namun kalau untuk jalan-jalan/lihat-lihat aja, masih bisa, sih. Apalagi kalau cuaca panasnya ternyata masih berlanjut, ada kemungkinan bunganya mekar lagi. Seperti tahun ini. Setelah saya hunting, cuaca mendung beberapa hari dan tabebuya gugur, tapi lalu puanasss lagi. Beberapa tabebuya pun mekar lagi memenuhi pohon. Yah meski nggak seramai pekan sebelumnya.

 

Kapan tabebuya berbunga rimbun kayak sakura?

Kalau di kota lain, saya kurang tahu. Kalau di Surabaya, beberapa tahun terakhir ini biasanya di bulan akhiran -ber dan saat cuaca sedang panas-panasnya. Tahun ini sih saat suhu 30°++ Celsius dan feels like 37°++.

 

Kapan waktu terbaik untuk motret atau menikmati bunga?

Pagi. Hari libur. Kalau hari kerja, beuh jam 6 aja udah ramai. Jadi nggak bisa santai atau menikmati. Plus, di pagi hari masih lebih nggak panas. Kalau sore gimana? Bisa sih, tapi biasanya sore hari masih ‘tercampur’ udara siang sehingga rasanya masih panas.

 

2. Spot bunga tabebuya


Di Surabaya sendiri sebenarnya nggak ada spot khusus karena pohon ini ditanam di pinggir-pinggir jalan, di jalur pedestrian. Ada, sih, beberapa yang ditanam di taman tapi nggak sampai berderet-deret. Mungkin karena kanopinya kurang lebat dan menyejukkan sehingga kurang pas kalau untuk peneduh taman (ada yang bilang kurang pas buat peneduh jalan juga, sih).

 

Di sepanjang jalan besar biasanya ada deretan tabebuya, antara lain di Jl. A. Yani, Jl. HR. Muhammad, dan MERR. Di jalan-jalan kecil juga ada, tapi nggak sebanyak di jalan-jalan besar tadi. Saya pernah nemu di pojokan jalan dekat area KODAM V Brawijaya, dekat Kebun Bibit Taman Flora, dsb. Di ruas-ruas jalan lain juga banyak, kayaknya nggak bisa disebut satu per satu.

 

Sedikit tips(?) bila hunting foto di jalan:

  • perhatikan sekeliling. Karena di jalan, harus lebih hati-hati. Baik hati-hati mematuhi traffic dan jaga diri dari kendaraan yang lewat atau hati-hati menjaga barang
  • terutama di jalan besar, banyak rambu dilarang berhenti. Patuhi. Berhentilah di tempat-tempat yang diperbolehkan; ada kok.
  • kalau mau lebih enak, cari tempat parkir. Parkirkan kendaraan di sana, lalu jalan kaki menyusuri jalur pedestrian. Ini lebih santai.

 

3. Siapkan ‘perbekalan’

Kayaknya ini buat yang motret aja, karena durasi hanya lihat-lihat mungkin nggak selama kalau keasyikan motret.

 

Bekal yang selalu saya bawa: air putih. Supaya nggak kliyengan atau kehausan di tengah cuaca panas dan aktivitas berdiri/jalan terus-terusan. Kalau mau, bisa juga bawa topi supaya nggak kepanasan. Jangan lupa sebelumnya pakai tabir surya/sunblock. Oh, dan jangan lupa sarapan dulu supaya nggak lemas setelah hunting. Sesimpel snack atau jajanan pasar aja udah cukup.

 

Apa lagi ya...

 

 

Macam-Macam Bunga Tabebuya



Kalau dilihat-lihat kayaknya bunga (pohon) tabebuya ini ada bermacam-macam. Dari warna bunganya ada putih, merah muda, dan kuning. Dua warna pertama jumlahnya lebih banyak daripada yang kuning. Dua warna ini jugalah yang membuat kesan seakan jadi pohon sakura; karena warnanya mirip sakura.

 

Ngomong-ngomong soal putih-merah muda dan kuning, kayaknya kok daunnya juga beda, ya? Pada pohon yang berbunga putih/merah muda, daunnya lebih hijau. Pada pohon berbunga kuning, warna daunnya lebih pudar kayak hijau tua hampir kusam gitu. Apa karena beda varietas atau spesies? Harus saya gali lagi, hehe.

 

 

Pohon Berbunga Lainnya

Di bulan-bulan ini, sebenarnya ada bunga dan pohon lainnya yang mekar selain tabebuya. Sebut aja bugenvil, flamboyan, kembang bungur, jacaranda. Memang nggak serimbun tabebuya yang sampai menutupi seluruh ‘badan’ pohonnya, tapi tetap rimbun sampai memenuhi dahan-dahan.

 

Bedanya, bila kembang tabebuya sampai merontokkan (hampir) seluruh daunnya, bunga-bunga lainnya enggak. Daunnya masih ada. Buat yang suka hijau-hijau, bunga-bunga ini jadi pemanis daun-daun hijau. Bila bunganya berwarna mencolok, bakal cakep banget kelihatan kontras dengan daunnya.

 

Selain bunga/pohon yang disebut di atas, masih ada bunga-bunga lain yang saat berbunga nggak kalah menarik dan rimbun dibanding tabebuya. Bunga/pohon ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia, bahkan native sana.

 

Mungkin lain kesempatan dibuat kompilasi aja kali, ya? 😄

4 komentar:

  1. Rasanya pingin melihat dan memotret langsung 😁

    BalasHapus
  2. Unik juga, ya. Hidup di Surabaya yang (katanya) panas, tapi juga tumbuh di Magelang dan Malang yang konon cukup dingin 😮

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini yang bikin penasaran. Apalagi di tempat-tempat itu bisa sampai berbunga nggak kalah lebatnya.

      Hapus