‘November but last year’.
Stiker Instagram itu membuat saya membuka-buka galeri di ponsel, melihat-lihat
foto tahun lalu. Satu tanggal menarik mata karena foto-fotonya paling banyak,
hahaha. Foto itu adalah kumpulan potret pohon tabebuya yang sedang mekar.
Bunga tabebuya tampak spesial
karena saat berbunga, bunganya rimbun banget memenuhi seluruh pohon. Tahu seperti
apa bunga sakura saat mekar? Yup, tabebuya yang mekar pun sama seperti itu.
Nggak heran kalau dulu saat awal popularitasnya di Indonesia mulai naik, ada
orang yang menyebutnya ‘sakuranya Surabaya’.
Apa cuma ada di Surabaya aja?
Enggak. Di kota-kota lain juga ada
dan rimbun juga, seperti Malang, Magelang, Batu. Namun mungkin karena ketika
pertama viral, banyak yang posting dari Surabaya, maka ada yang nyebut
ini ‘sakuranya Surabaya’.
Jadi, apa tabebuya adalah ‘kembaran’
pohon sakura?
Asal-Usul Tabebuya
Bukan, tabebuya malahan nggak punya hubungan kekerabatan sama sekali dengan pohon sakura (kecuali bahwa mereka sama-sama angiosperma). Nggak sekadar beda spesies, dari genus aja mereka sudah lain: genusnya Tabebuia sedangkan sakura bergenus Prunus.
Bila silsilahnya ditelusuri,
tabebuya termasuk dalam golongan pohon-berbunga-seperti-terompet. Makanya kalau
dilihat lebih detail, bunga tabebuya ya, bentuknya seperti terompet. Oleh karena
itu, dalam bahasa Inggris ada yang menyebut tabebuya sebagai ‘trumpet tree’.
Tabebuya sebenarnya bukan pohon
asli Indonesia. Mungkin itu sebabnya ia baru banyak dikenal di Indonesia beberapa
tahun terakhir. Ya karena ditanam di sini baru beberapa tahun belakangan ini.
Tabebuya sendiri berasal dari Amerika
Tengah dan Selatan. Daerah-daerah tersebut punya iklim yang mirip dengan Indonesia,
yaitu iklim tropis. Karena itulah tabebuya bisa tumbuh dan berbunga dengan semarak
di sini; karena iklimnya sama dan ia suka suhu cenderung panas.
Tahu sendiri, suhu Indonesia (apalagi
Surabaya) panasnya seperti apa. Di tengah suhu panas yang menyiksa inilah tabebuya
akan berbunga. Mungkin suhu tinggi akan memicu pembungaan? Atau lama intensitas
matahari yang jadi pemantiknya? Entahlah, kayaknya saya harus searching
lagi soal ini. Bakal di-update kalau sudah nemu, hahahah.
Oleh karena itulah kalau sudah
masuk bulan berakhiran -ber dan suhu makin panas, biasanya pertanda tabebuya
akan segera berbunga. Inilah yang jadi sering jadi bahan selorohan saya dan
teman-teman ketika posting kalau tabebuya sudah berkembang.
Tahun ini, tabebuya mekar lebih
awal. Bila tahun lalu mereka berbunga saat pertengahan November, maka tahun ini
mereka sudah semarak di pertengahan Oktober. Sekarang bunganya sudah habis dan
menyisakan daun aja, sehingga tampak nggak ada beda sam pohon lainnya. Meski,
itu beruntung juga karena artinya musim hujan tahun ini datang lebih cepat
daripada tahun lalu. Awal Desember tahun lalu, langit masih full biru!
“Cakep banget!”
“Cantik banget bunganya.”
“Jadi kayak di Jepang.”
Dan kalimat-kalimat bernada
serupa. Saya membenarkan ucapan mereka karena... emang cantik banget! Seluruh kota
jadi cakep! Minusnya ‘cuma' temperatur (dan kelembapan) yang tinggi sehingga
cuaca jadi sumuk pol.
Cuaca yang panas juga jadi alasan
mengapa saya memilih waktu pagi-pagi untuk keliling hunting foto
tabebuya atau pohon berbunga lainnya. Biasanya saya berangkat jam 6. Itu pun matahari
udah tinggi dan udah lumayan terasa panas. Jam 9 atau mentok jam 10, saya udah pulang.
Selain karena udah terasa panas
(dan kulit pasti akan gosong kalau diterusin nangkring di pinggir jalan), saya
perhatikan cahayanya juga udah mulai kurang menarik. Akibatnya foto yang
dihasilkan pun jadi kurang estetik.
Kalau pengin menghindar dari
cuaca panas sama sekali, saran saya adalah berburu potret tabebuya di kota lain;
jangan Surabaya. Di jalan besar di Magelang ada deretan tabebuya. Waktu saya ke
Malang dan Batu pun ada. Namun di kota-kota ini saya kurang tahu apa penanda
waktu berbunganya karena nggak sepanas di Surabaya. Mungkin lebih awal? Soalnya
tahun ini, saya dapat kabar dari teman di Kota Malang bahwa di sana sudah
berbunga. 1-2 minggu kemudian, di Surabaya baru rimbun-rimbunnya.
Tips Berburu (Potret) Tabebuya
Dibilang tips sebenarnya juga
bukan sih, lebih ke saran aja supaya lebih enjoy (versi saya tentunya,
haha). Kalau nggak pengin berburu potret dan pengin ngelihat bunganya aja juga
bisa. Ini dia sarannya:
1. Pilih waktu dan kenali kapan tabebuya berbunga
Kerimbunan bunga tabebuya nggak
berlangsung lama, hanya sekitar 1-2 minggu. Di akhir pekan kedua, bunganya
masih lumayan rimbun tapi lebih kerontang. Jadi kalau pengin lihat/motret pas
rimbun-rimbunnya, paling pas di pekan pertama.
Tahun sebelumnya saya pernah coba
hunting foto di pekan kedua. Alasannya karena kalau pekan pertama, kepikir
kalau banyak juga orang yang hunting sehingga bakal ramai. Ternyata di
akhir pekan kedua ini bunganya udah nggak serimbun di awal. Akhirnya foto yang
dihasilkan pun kurang memuaskan.
Namun kalau untuk jalan-jalan/lihat-lihat
aja, masih bisa, sih. Apalagi kalau cuaca panasnya ternyata masih berlanjut,
ada kemungkinan bunganya mekar lagi. Seperti tahun ini. Setelah saya hunting,
cuaca mendung beberapa hari dan tabebuya gugur, tapi lalu puanasss lagi.
Beberapa tabebuya pun mekar lagi memenuhi pohon. Yah meski nggak seramai pekan
sebelumnya.
Kapan tabebuya berbunga rimbun
kayak sakura?
Kalau di kota lain, saya kurang
tahu. Kalau di Surabaya, beberapa tahun terakhir ini biasanya di bulan akhiran
-ber dan saat cuaca sedang panas-panasnya. Tahun ini sih saat suhu 30°++
Celsius dan feels like 37°++.
Kapan waktu terbaik untuk motret
atau menikmati bunga?
Pagi. Hari libur. Kalau hari
kerja, beuh jam 6 aja udah ramai. Jadi nggak bisa santai atau menikmati. Plus, di
pagi hari masih lebih nggak panas. Kalau sore gimana? Bisa sih, tapi biasanya
sore hari masih ‘tercampur’ udara siang sehingga rasanya masih panas.
2. Spot bunga tabebuya
Di Surabaya sendiri sebenarnya
nggak ada spot khusus karena pohon ini ditanam di pinggir-pinggir jalan,
di jalur pedestrian. Ada, sih, beberapa yang ditanam di taman tapi nggak sampai
berderet-deret. Mungkin karena kanopinya kurang lebat dan menyejukkan sehingga
kurang pas kalau untuk peneduh taman (ada yang bilang kurang pas buat peneduh
jalan juga, sih).
Di sepanjang jalan besar biasanya
ada deretan tabebuya, antara lain di Jl. A. Yani, Jl. HR. Muhammad, dan MERR. Di
jalan-jalan kecil juga ada, tapi nggak sebanyak di jalan-jalan besar tadi. Saya
pernah nemu di pojokan jalan dekat area KODAM V Brawijaya, dekat Kebun Bibit
Taman Flora, dsb. Di ruas-ruas jalan lain juga banyak, kayaknya nggak bisa
disebut satu per satu.
Sedikit tips(?) bila hunting foto
di jalan:
- perhatikan sekeliling. Karena di jalan, harus lebih hati-hati. Baik hati-hati mematuhi traffic dan jaga diri dari kendaraan yang lewat atau hati-hati menjaga barang
- terutama di jalan besar, banyak rambu dilarang berhenti. Patuhi. Berhentilah di tempat-tempat yang diperbolehkan; ada kok.
- kalau mau lebih enak, cari tempat parkir. Parkirkan kendaraan di sana, lalu jalan kaki menyusuri jalur pedestrian. Ini lebih santai.
3. Siapkan ‘perbekalan’
Kayaknya ini buat yang motret
aja, karena durasi hanya lihat-lihat mungkin nggak selama kalau keasyikan
motret.
Bekal yang selalu saya bawa: air
putih. Supaya nggak kliyengan atau kehausan di tengah cuaca panas
dan aktivitas berdiri/jalan terus-terusan. Kalau mau, bisa juga bawa topi
supaya nggak kepanasan. Jangan lupa sebelumnya pakai tabir surya/sunblock.
Oh, dan jangan lupa sarapan dulu supaya nggak lemas setelah hunting.
Sesimpel snack atau jajanan pasar aja udah cukup.
Apa lagi ya...
Macam-Macam Bunga Tabebuya
Kalau dilihat-lihat kayaknya
bunga (pohon) tabebuya ini ada bermacam-macam. Dari warna bunganya ada putih, merah
muda, dan kuning. Dua warna pertama jumlahnya lebih banyak daripada yang
kuning. Dua warna ini jugalah yang membuat kesan seakan jadi pohon sakura;
karena warnanya mirip sakura.
Ngomong-ngomong soal putih-merah
muda dan kuning, kayaknya kok daunnya juga beda, ya? Pada pohon yang berbunga
putih/merah muda, daunnya lebih hijau. Pada pohon berbunga kuning, warna
daunnya lebih pudar kayak hijau tua hampir kusam gitu. Apa karena beda varietas
atau spesies? Harus saya gali lagi, hehe.
Pohon Berbunga Lainnya
Di bulan-bulan ini, sebenarnya
ada bunga dan pohon lainnya yang mekar selain tabebuya. Sebut aja bugenvil,
flamboyan, kembang bungur, jacaranda. Memang nggak serimbun tabebuya yang
sampai menutupi seluruh ‘badan’ pohonnya, tapi tetap rimbun sampai memenuhi
dahan-dahan.
Bedanya, bila kembang tabebuya
sampai merontokkan (hampir) seluruh daunnya, bunga-bunga lainnya enggak. Daunnya
masih ada. Buat yang suka hijau-hijau, bunga-bunga ini jadi pemanis daun-daun
hijau. Bila bunganya berwarna mencolok, bakal cakep banget kelihatan kontras
dengan daunnya.
Selain bunga/pohon yang disebut
di atas, masih ada bunga-bunga lain yang saat berbunga nggak kalah menarik dan
rimbun dibanding tabebuya. Bunga/pohon ini tersebar di beberapa daerah di Indonesia,
bahkan native sana.
Mungkin lain kesempatan dibuat
kompilasi aja kali, ya? 😄
Rasanya pingin melihat dan memotret langsung 😁
BalasHapusHarus dicoba 😁
HapusUnik juga, ya. Hidup di Surabaya yang (katanya) panas, tapi juga tumbuh di Magelang dan Malang yang konon cukup dingin 😮
BalasHapusNah ini yang bikin penasaran. Apalagi di tempat-tempat itu bisa sampai berbunga nggak kalah lebatnya.
Hapus