[Trigger warning: death, pandemic,
war]
Sebuah akun foto-foto masa lalu,
diprotes oleh sebagian followers-nya karena akhir-akhir ini menayangkan
foto-foto dan berita masa kini. Protesnya kurang lebih, “Ini kan akun sejarah, stick
aja ngepos foto-foto dan cerita jadul. Ngapain ngepos foto dan berita
sekarang?”
Pemilik akun menjawab. Beberapa followers
lain turut jawab pula. Respons mereka kurang lebih,
“Ya karena foto dan berita yang
dipos sekarang itu akan jadi sejarah di masa depan. Sekarang aja udah jadi
sejarah. It is history in the making.”
On point.
Bahkan kejadian beberapa saat lalu
aja, sudah bisa jadi sejarah. Toh definisi ‘sejarah’ sendiri salah satunya
adalah ‘kejadian yang benar-benar terjadi di masa lalu’. Berita tadi pagi aja
udah masuk kategori sejarah. Apalagi berita pekan lalu, bulan lalu. Ya meski
secara sense kurang dianggap sejarah oleh umum karena pandangan khalayak
tentang sejarah adalah sesuatu yang udah lamaaa… banget, bertahun-tahun atau
berpuluh tahun lalu.
Yang 'menakjubkan', kita dan banyak
orang kadang nggak sadar sedang menjadi sejarah. Atau, mengulangi sejarah.
Ada yang bilang, sejarah dunia
sebetulnya sejak dulu sama aja. Konflik dan intriknya ya itu-itu aja. Cuma beda
orang dan beda detailnya.
Saat baca atau lihat kisah sejarah,
sempat terlintas di benak, “Hidup mereka zaman itu gimana, ya? Kok bisa jadi
seperti itu ya, kan sebenarnya simpel banget tapi kok jadi masalah gede?” dst
dst. Beberapa tahun ke belakang, benang merah sebagai jawaban mulai bisa ditarik.
Jawabannya: hidupnya ya begitu.
Betul, banyak kejadian besar yang
berlangsung. Namun mayoritas yang dilakukan orang memang satu: tetap hidup. Sesederhana
keep on living.
Ingat pandemi Covid-19 kemarin?
Tentu, banyak berita dan kejadian penting yang wow dan besar sekali. Mulai dari
jumlah korban yang amat tinggi, akselerasi teknologi dan IPTEK demi mendapat obat
dan mendukung work from home, kegiatan yang segalanya berubah online,
jalanan yang sepi tanpa apa pun, kesehatan mental yang mulai meningkat concern-nya
di antara orang-orang, dsb. Never in my life I’d imagine that a vaccine
would be invented during my life. Kalau dikilas balik, seperti film sci-fi.
Berkejar dengan waktu dan sumber daya. Namun bila di film sci-fi rasanya seru,
yang ini rasanya tentu aja nggak ingin diulang lagi. Adrenaline rush karena
asyik nonton film dan karena emang kepepet itu rasanya beda; dan yang kedua rasanya
jauh lebih nggak enak.
Those are major global events. Perubahan dan kejadian global yang
semua orang di dunia, tahu dan mengalami. Masuk sejarah? Oh tentu. Kejadian bombastisnya
akan terekam. Lalu apa yang kita, orang-orang biasa, lakukan waktu itu? Kita
bertahan hidup. We ‘just’ keep on living, trying to live. Nggak peduli
apakah ini akan jadi kejadian sejarah, nggak peduli apa ini akan tercatat
sejarah, yang penting (berjuang untuk tetap) hidup.
Sama halnya dengan sejarah yang “kok
bisa kejadian ya?”. Ya… bisa.
Saat belajar sejarah Perang Dunia di
bangku sekolah, atau pembantaian, atau pembunuhan, atau penjajahan, apalagi
yang melibatkan hak hidup orang banyak banget, sempat terpikir, “Kok bisa, ya?
Bunuhin orang segitu banyak, lho. Kok tega, ya? Kok nggak ada yang menyetop,”
dan kok-kok yang lainnya. Akhir-akhir ini, jawaban itu mulai terlihat benang
merahnya. Sesimpel: ya, bisa; ya, ada yang percaya itu untuk kebaikan; ya,
nggak ada yang tegas menyetop karena politik.
Sama seperti mati dan tersiksanya
banyak orang saat perang zaman duluuu, sekarang juga sama. Hanya saja pelaku
dan lakonnya beda-beda. Sangat disayangkan. Teknologi udah maju, zaman udah
berubah, sifat manusianya tetap sama.
Apa kata orang bijak? Those who
don’t learn history are doomed to repeat it. Orang-orang yang tidak mempelajari
sejarah akan mengulangi kejadian-kejadian buruk itu. Tapi, rasa-rasanya,
orang-orang ini banyak yang belajar sejarah, bahkan mungkin sampai amat
mendalam dan langsung dari sumbernya, tapi sejarah itu tetap berulang.
Tidak ada komentar: