Kemping di tepi sungai memang asyik. Dan terlihat
estetik. Suasana sejuk hutan dan sungai berpadu, membuat white noise
berupa gemericik suara air dan kersik daun di pepohonan. Belum lagi kalau ada cuitan
burung-burung kecil saat pagi atau cericit hewan atau serangga malam. Beuh…. Kalau
kata teman, “Syahdu bener.”
Mau camping ataupun glamping (glamorous
camping—istilah untuk penginapan full
fasilitas yang didesain bak suasana kemping dengan tenda dsb) di tepi sungai sebenarnya
sah-sah aja. Pun, dengan penginapan yang menyediakan glamping pas di
sisi sungai, hanya berjarak <3 meter (bahkan ada yang persis di pinggir), saya
rasa pengelolanya pasti sudah memperhitungkan segala risiko. Cuma, kalau saya
pribadi, emang rada nggak tenang kalau mendirikan tenda persis di samping
sungai. Terutama kalau musim hujan.
Alasan utama adalah keamanan. Di musim hujan,
badan air seperti sungai, danau, dsb bakal menerima tambahan air. Dari hujan, of
course. Selain itu, debit air juga bisa meningkat karena kiriman dari hulu.
Inilah yang berisiko.
Di gunung, sungai-sungai yang nampaknya kecil
itu terhubung dengan sumber air di bagian yang lebih tinggi. Yang kadang
terjadi adalah di sungai bagian bawah nggak hujan, tapi di hulu/sumber ternyata
hujan deras. Akibatnya, debit air di sana pun meningkat dan bikin alirannya
tambah deras. Namanya juga aliran pasti akan mengalir ke bawah. Ya, ke sungai
yang nggak kena hujan tadi.
Bila hujan sangat deras, aliran itu bisa
menjadi air bah. Meluber ke mana-mana, termasuk ke tepian sungai. Selain
membawa air, aliran yang sangat deras juga bisa saja turut membawa lumpur,
pasir, bahkan batuan besar. Oleh karena itu, bila mengunjungi air terjun saat
musim hujan, hendaknya lebih berhati-hati dan tidak terlalu dekat dengan air terjun
atau berlama-lama berada di bawahnya. Takutnya ada kiriman banjir dari atas itu.
Lalu, apa hubungannya banjir kiriman tadi dan
kemping?
Selama ini yang saya tahu adalah disarankan
mendirikan tenda tidak terlalu dekat dengan sumber air. Paling tidak, di jarak
aman atau jarak perkiraan luberan air. Kalau tempatnya nggak datar, lebih baik
karena kita bisa mendirikan tenda di tempat yang lebih tinggi dari permukaan
sungai. (Ini setahu saya aja. Kalau ternyata ada update lain soal keamanan
nge-camp di tepi sungai, saya belum tahu. Let me know if you know,
pls). Ya untuk mengantisipasi kalau tiba-tiba banjir tadi. Kan, nggak enak
kalau lagi nyenyak tidur kemudian tiba-tiba basah. Atau, yang lebih bahaya,
ikut kebawa aliran.
Sungai yang kelihatannya sangat dangkal atau
bahkan kering pun belum tentu jaminan aman. Berkaca dari pengalaman, saya dan
teman-teman pernah menemukan sebuah jalur yang awalnya kami kira jalur
pendakian (karena nggak ada rumput tumbuh di garis itu). Eh, sesaat kemudian
hujan turun. Nggak deras (di tempat kami). Namun, dalam hitungan menit, jalur
itu menjadi sangat becek dan berlumpur kemudian nampak aliran air di sana. Kecil,
nggak sampai merendam sepatu kami. Tapi, itu sudah menjadi alarm.
Kami segera naik dan mencari jalan lain karena baru
kami sadari bahwa jalan tadi sesungguhnya bukan trek pendakian, tapi jalur air.
Tadinya nampak kering karena nggak ada hujan. Tapi begitu hujan turun, aliran air
dengan cepat terbentuk. Bukan tak mungkin bahwa jalur tadi aslinya merupakan
sungai, tapi saat itu sedang kering. Saat kami sudah naik dan berjalan agak jauh,
terlihat bahwa aliran air di jalur tadi sudah bertambah. Kira-kira sudah
seperempat paha.
Memang secepat itu berubahnya. Bukan dalam
hitungan jam, cukup menit. Bahkan dalam beberapa kasus, cukup detik.
Alasan lain mengapa disarankan mendirikan tenda
tak terlalu dekat dengan sungai adalah untuk menghindari kontak dengan hewan
liar. Baik yang buas ataupun tidak. Sebab, hewan-hewan biasa turun ke sungai
untuk minum atau berburu. Apalagi saat malam. Apalagi bila badan airnya adalah
sumber air, bukan lagi sungai/danau, yang merupakan sumber air minum bagi satwa
di daerah itu dalam radius entah berapa kilometer. Jadi, hewan kalau minum, ya
ke sana. Oleh karena itu, beberapa tempat sighting hewan yang pernah
dilaporkan salah satunya adalah di badan ataupun sumber air. (*cmiiw)
Kalau tempat yang memang sudah didesain untuk glamping
atau camping ground, kayaknya nggak bakal ada risiko hewan ini buas ini.
Beda kalau memang di hutan atau gunung.
Gimana dengan foto kayak di atas, yang di tepi kali pas?
Mungkin ada beberapa, pun tempat glamping. Namun, ada juga yang menyeret tenda hingga ke tepi sungai/danau hanya saat sesi foto. Buat properti.
=============
Picture credit: Joshua Sukoff on Unsplash
Tidak ada komentar: