Took this from: imdb.com |
Durasi : 1 jam 44 menit
Produksi : Walt Disney Pictures
Cast : -Ewan McGregor (Christopher Robin)
-Hayley Atwell (Evelyn Robin)
-Bronte Carmichael (Madeline Robin)
-Mark Gatiss (Mr. Winslow)
-Jim Cummings (pengisi suara Pooh)
(selengkapnya cek IMDB/Rotten
Tomatoes/dan semacamnya)
--------------------
"Did you let me
go?" - Pooh
"Yes... yes I
did." - Christopher
Sejak pertama tahu dan
ngelihat teaser-nya, saya sudah berniat nggak nonton. Kenapa? Karena di teaser
sudah jelas-jelas menunjukkan Christopher Robin yang sudah dewasa dengan sifat
yang jauh berbeda dari sifat masa kecilnya dulu. Sebagai penyuka Winnie The
Pooh & Friends yang terbiasa dengan sifat polos, ceria, kalem, dan full
of sunshine-nya Christopher, saya nggak rela dia berubah jadi laki-laki
seperti itu.
Sungguh nggak rela dan nggak
mau. I am not ready for the adult version of Christopher Robin.
Pernah ngerasain kecewa
berat karena dulu pernah naksir orang
dan berharap sosoknya masih sama seperti dulu, tapi saat sekarang ketemu
ternyata dia sudah 180 derajat berubah dan bukan lagi orang dengan sifat yang
kita sukai atau nggak sesuai bayangan & harapan kita? Kurang lebih gitu
perasaan saya waktu itu, padahal baru lihat teaser doang.
Namun, beberapa hari yang
lalu, pergi juga saya ke bioskop. Apa pasal? Mendengar suara kalem dan kalimat
serta tingkah polos Pooh di trailer, saya meleleh. God, that bear is
so fluffy and adorable!
Baru 15 menit film diputar,
saya udah kudu nangis. Pahit! Patah hati! Selama ini saya nggak sadar bahwa
hidup Christopher serta Pooh dan kawan-kawan di buku atau
kartunnya ber-setting sebelum Perang Dunia I. Prolog film ini
menampilkan Christopher yang harus meninggalkan teman-temannya di pedesaan
Sussex (Inggris) karena dimasukkan ke sekolah asrama. Tak lama, sang ayah
meninggal. Di usia 20-an, Christopher pindah ke London dan bertemu Evelyn,
calon istrinya. Mereka menikah dan saat Evelyn hamil, pria itu harus berangkat
ke medan laga Perang Dunia I. Tiga tahun Evelyn membesarkan putri mereka,
Madeline, sendirian sebelum Christopher akhirnya kembali, syukurlah, dengan
anggota tubuh yang lengkap.
Life happened to
Christopher.
Bocah manis yang dulu, kini
telah merasakan riak-riak kehidupan.
Christopher yang merupakan
veteran perang kemudian bekerja sebuah perusahaan koper, Winslow Company.
Berubah menjadi pria yang terlalu sibuk dan terlalu serius, sang istri pun
protes dan sang putri ngambek. Apalagi ketika akhir pekan yang dinantikan tiba,
Christopher tidak bisa ikut pergi bersama mereka ke pondok di Sussex karena
harus lembur. Perusahaan sedang krisis dan Christopher, sebagai salah seorang
atasan, harus cepat menyelesaikannya.
Kapan Pooh muncul?
Pooh muncul ketika beruang
itu bangun pagi, menemukan bahwa gentong madunya kosong, dan pergi ke rumah
Piglet untuk meminta madu. Anehnya, beruang itu tidak menemukan Piglet atau
teman-temannya yang lain. Kesepian, ia pergi ke pohon tempat Christopher dulu
muncul. Ia memasukinya, merangkak terus, dan keluar dari sebuah pohon lain di
taman depan rumah Christopher.
Christopher panik karena
kemunculan sahabat masa kecil yang ia anggap tak nyata. Namun, mau diapa-apakan
juga, boneka beruang itu memang ada, bicara, dan bergerak layaknya makhluk
hidup. Tak ingin Pooh mengganggu lembur, pria itu memutuskan mengembalikan
teman lawasnya ke pedesaan Sussex. Namun, masalah baru menunggu di sana: ia
harus membantu Pooh menemukan teman-temannya yang menghilang secara misterius.
Berdua mereka mencari di
hutan. Pooh berkata berkali-kali bahwa ia khawatir teman-temannya diculik oleh
Heffalump dan Woozle, monster hasil imajinasi Christopher dan yang lain ketika
lelaki itu masih kecil. Frustasi, Christopher pun membentak bahwa monster itu
tak nyata, bahwa hidup sudah berubah, bahwa dia sudah berubah.
Pooh mengkeret, saya
mengkeret. Kepala Pooh menunduk sedih, hati saya patah jadi dua.
Who is this man? It's as if
there is no trace of the young Christopher in him. I mean, how could he shout
at that adorable, innocent creature, who is was his bestfriend?
Yeah he could. Life
happened, remember?
Tapi itu nggak berlangsung
lama kok. Satu peristiwa membuatnya 'sadar' dan dengan rela hati membantu Pooh
dan kawan-kawan. Sudah? Belum. Setelah berpisah dengan sahabat-sahabat masa
kecilnya dan kembali ke London, kini giliran Madeline yang lenyap dari pondok.
Ke mana Madeline? Dan, bagaimana nasib krisis perusahaan yang sedang ditangani
Christopher?
Ditarget sebagai film
anak-anak, maka jangan protes bila ending dan penyelesaiannya pun sangat
sederhana. Tak ada intrik yang mengguncang layaknya roller coaster.
Bahkan rasanya ritme bicara para tokoh juga tidak terlalu cepat dan kata-kata yang digunakan
pun cukup sederhana, mungkin untuk memudahkan anak-anak supaya bisa mengikuti
dan paham dengan mudah. Ending yang manis juga bisa membuat para krucil
bahagia dan puas. That's what children stories are like, right? Happy ending
and live happily ever after.
Meskipun film anak-anak,
nggak ada salahnya yang 'sudah besar' ikutan nonton. Perkembangan karakter
Christopher Robin dari anak kecil yang simpel, menjadi orang dewasa yang
'pahit', kemudian menemukan kembali 'inner child'-nya tanpa melepaskan
peran sebagai orang dewasa, mungkin dapat membantu mengingatkan bahwa kehidupan
tak selamanya serius. After all,
there'll always be an inner child inside us. Ada momen-momen di mana kita
bisa berhenti sejenak, menikmati hidup sebentar untuk refreshing sekaligus
memaknainya, lalu berjalan lagi maju ke depan.
Those moments are what we
live for.
Those moments which make us
alive.
Those moments which,
actually, matters the most.
Those moments-in-between.
--------------------
PS: saya ngerasa kalau ini nggak sepenuhnya review film, berasa separuhnya lebih ke curhatan. Sorry.
PPS: nulisnya banyak kecampur bahasa Indonesia-Inggris. Efek belum bisa move on dari cerita-cerita fiksi nemu di internet & nonton ulang BBC Sherlock. Sorry again.
Tidak ada komentar: