Agustus 2018 - Hijaubiru

Sabtu, 25 Agustus 2018

Christopher Robin (2018)
Agustus 25, 20180 Comments
Took this from: imdb.com


Durasi                 : 1 jam 44 menit
Produksi              : Walt Disney Pictures
Cast                    :  -Ewan McGregor (Christopher Robin)
                             -Hayley Atwell (Evelyn Robin)
                             -Bronte Carmichael (Madeline Robin)
                             -Mark Gatiss (Mr. Winslow)
                             -Jim Cummings (pengisi suara Pooh)
               (selengkapnya cek IMDB/Rotten Tomatoes/dan semacamnya)

NB: premier di Indonesia bukan tanggal 3 Agustus 2018. Saya juga nggak tahu jelasnya kapan, tapi setelah tanggal 20-an.

--------------------

"Did you let me go?" - Pooh
"Yes... yes I did." - Christopher

Sejak pertama tahu dan ngelihat teaser-nya, saya sudah berniat nggak nonton. Kenapa? Karena di teaser sudah jelas-jelas menunjukkan Christopher Robin yang sudah dewasa dengan sifat yang jauh berbeda dari sifat masa kecilnya dulu. Sebagai penyuka Winnie The Pooh & Friends yang terbiasa dengan sifat polos, ceria, kalem, dan full of sunshine-nya Christopher, saya nggak rela dia berubah jadi laki-laki seperti itu.

Sungguh nggak rela dan nggak mau. I am not ready for the adult version of Christopher Robin.

Pernah ngerasain kecewa berat karena dulu pernah naksir orang  dan berharap sosoknya masih sama seperti dulu, tapi saat sekarang ketemu ternyata dia sudah 180 derajat berubah dan bukan lagi orang dengan sifat yang kita sukai atau nggak sesuai bayangan & harapan kita? Kurang lebih gitu perasaan saya waktu itu, padahal baru lihat teaser doang.

Namun, beberapa hari yang lalu, pergi juga saya ke bioskop. Apa pasal? Mendengar suara kalem dan kalimat serta tingkah polos Pooh di trailer, saya meleleh. God, that bear is so fluffy and adorable!

Baru 15 menit film diputar, saya udah kudu nangis. Pahit! Patah hati! Selama ini saya nggak sadar bahwa hidup Christopher serta Pooh dan kawan-kawan di buku atau kartunnya ber-setting sebelum Perang Dunia I. Prolog film ini menampilkan Christopher yang harus meninggalkan teman-temannya di pedesaan Sussex (Inggris) karena dimasukkan ke sekolah asrama. Tak lama, sang ayah meninggal. Di usia 20-an, Christopher pindah ke London dan bertemu Evelyn, calon istrinya. Mereka menikah dan saat Evelyn hamil, pria itu harus berangkat ke medan laga Perang Dunia I. Tiga tahun Evelyn membesarkan putri mereka, Madeline, sendirian sebelum Christopher akhirnya kembali, syukurlah, dengan anggota tubuh yang lengkap.

Life happened to Christopher.
Bocah manis yang dulu, kini telah merasakan riak-riak kehidupan.

Christopher yang merupakan veteran perang kemudian bekerja sebuah perusahaan koper, Winslow Company. Berubah menjadi pria yang terlalu sibuk dan terlalu serius, sang istri pun protes dan sang putri ngambek. Apalagi ketika akhir pekan yang dinantikan tiba, Christopher tidak bisa ikut pergi bersama mereka ke pondok di Sussex karena harus lembur. Perusahaan sedang krisis dan Christopher, sebagai salah seorang atasan, harus cepat menyelesaikannya.

Kapan Pooh muncul?

Pooh muncul ketika beruang itu bangun pagi, menemukan bahwa gentong madunya kosong, dan pergi ke rumah Piglet untuk meminta madu. Anehnya, beruang itu tidak menemukan Piglet atau teman-temannya yang lain. Kesepian, ia pergi ke pohon tempat Christopher dulu muncul. Ia memasukinya, merangkak terus, dan keluar dari sebuah pohon lain di taman depan rumah Christopher.

Christopher panik karena kemunculan sahabat masa kecil yang ia anggap tak nyata. Namun, mau diapa-apakan juga, boneka beruang itu memang ada, bicara, dan bergerak layaknya makhluk hidup. Tak ingin Pooh mengganggu lembur, pria itu memutuskan mengembalikan teman lawasnya ke pedesaan Sussex. Namun, masalah baru menunggu di sana: ia harus membantu Pooh menemukan teman-temannya yang menghilang secara misterius.

Berdua mereka mencari di hutan. Pooh berkata berkali-kali bahwa ia khawatir teman-temannya diculik oleh Heffalump dan Woozle, monster hasil imajinasi Christopher dan yang lain ketika lelaki itu masih kecil. Frustasi, Christopher pun membentak bahwa monster itu tak nyata, bahwa hidup sudah berubah, bahwa dia sudah berubah.

Pooh mengkeret, saya mengkeret. Kepala Pooh menunduk sedih, hati saya patah jadi dua.

Who is this man? It's as if there is no trace of the young Christopher in him. I mean, how could he shout at that adorable, innocent creature, who is was his bestfriend?

Yeah he could. Life happened, remember?

Tapi itu nggak berlangsung lama kok. Satu peristiwa membuatnya 'sadar' dan dengan rela hati membantu Pooh dan kawan-kawan. Sudah? Belum. Setelah berpisah dengan sahabat-sahabat masa kecilnya dan kembali ke London, kini giliran Madeline yang lenyap dari pondok. Ke mana Madeline? Dan, bagaimana nasib krisis perusahaan yang sedang ditangani Christopher?

Ditarget sebagai film anak-anak, maka jangan protes bila ending dan penyelesaiannya pun sangat sederhana. Tak ada intrik yang mengguncang layaknya roller coaster. Bahkan rasanya ritme bicara para tokoh juga tidak terlalu cepat dan kata-kata yang digunakan pun cukup sederhana, mungkin untuk memudahkan anak-anak supaya bisa mengikuti dan paham dengan mudah. Ending yang manis juga bisa membuat para krucil bahagia dan puas. That's what children stories are like, right? Happy ending and live happily ever after.

Meskipun film anak-anak, nggak ada salahnya yang 'sudah besar' ikutan nonton. Perkembangan karakter Christopher Robin dari anak kecil yang simpel, menjadi orang dewasa yang 'pahit', kemudian menemukan kembali 'inner child'-nya tanpa melepaskan peran sebagai orang dewasa, mungkin dapat membantu mengingatkan bahwa kehidupan tak selamanya serius.  After all, there'll always be an inner child inside us. Ada momen-momen di mana kita bisa berhenti sejenak, menikmati hidup sebentar untuk refreshing sekaligus memaknainya, lalu berjalan lagi maju ke depan.

Those moments are what we live for.
Those moments which make us alive.
Those moments which, actually, matters the most.
Those moments-in-between.


--------------------


PS: saya ngerasa kalau ini nggak sepenuhnya review film, berasa separuhnya lebih ke curhatan. Sorry.

PPS: nulisnya banyak kecampur bahasa Indonesia-Inggris. Efek belum bisa move on dari cerita-cerita fiksi nemu di internet & nonton ulang BBC Sherlock. Sorry again. 
Reading Time:
Dwelling (?)
Agustus 25, 20180 Comments

Hm... where to start, where to start?

Kemana aja, kok blog-nya kosong nggak ada update? Social media juga nggak begitu aktif kayaknya? Kenapa? Nggak nulis lagi? Atau nggak jalan-jalan lagi? Atau nggak baca lagi? Kemana aja?

Nggak kemana-mana, pun nggak sedang melakukan rencana besar yang revolusioner. So?

Life happened, that's why.
Or rather, it didn't. Whichever you think is fine.

In a world that never stops talking, silence is addictive. And when you find a 'place' which is quiet and comfortable and understands you in a way nobody does, it's almost as if you don't want to leave and want to dwell there forever.

Almost.

Reading Time: