Akhirnyaaa, setelah berbulan-bulan berburu ke toko-toko buku, sampe ngidam dan kebawa mimpi, akhirnyaaa, saya menemukan novel yang sudah saya incar selama ini : 5Cm-nya Donny Dhirgantoro! Yay! Hore! *dance*
Buku yang bercerita tentang perjalanan enam anak manusia ke Mahameru ini bener-bener memikat hati saya sejak pertam saya baca resensinya. Berawal dari googling dengan keyword 'novel pendakian' awal-awal bergabung dengan organisasi PA dulu, terus ada novel 5Cm, baca resensi, jatuh hati, berburu sampe frustasi (karena gak nemu-nemu), dan akhirnyaa saya menemukan novel ini juga! *dance*
.......... Rodok lebay, maaf :P
Cerita ini berawal dari segerombolan 'Power Rangers' yaitu Genta (cenderung sebagai leader), Ian (gajah bledug ungu dari Dufan), Arial (orang yang lived by the rule), Zafran (sang 'penyair'), dan Riani (satu-satunya cucu Hawa di gerombolan ini). Berawal dari 5 orang yang bareng terus dari SMA, kuliah, dan mendekati kerja, lalu karena mereka bosan berada dalam lingkaran yang itu-itu aja, maka mereka memutuskan berpisah 3 bulan dari gerombolan ini. Setelah 3 bulan, mereka berjanji akan bertemu di suatu tempat yang amaaat spesial!
3 bulan berlalu. Kelima orang sudah memiliki hidupnya masing-masing. Berbagai prestasi hidup sudah ditempuh. Genta dan Riani berhasil dalam karirnya, Ian berhasil lulus, Arial berhasil dapet cewek, dan Zafran .... entahlah, nggak tahu.
Pada bulan Agustus, mereka bertemu di Stasiun Senen dan memulai perjalanan ke ..... Mahameru! (wik! Pengen, pengen, pengen!)
yang bikin imajinasi saya melayang-layang adalah saat membaca bab-bab tentang perjalanan mereka. Mulai dari senja di Cirebon, dini hari di Stasiun Lempuyangan Jogjakarta, bagaimana kereta api Matarmaja melewati hutan jati, semua orang yang dibikin mangap di Ranu Pane, Ranu Kumbolo, dan bagaimana pemandangan silih berganti di sepanjang perjalanan, dan keindahan panorama Indonesia lainnya yang bikin speechless dan bikin saya pengen ke Mahameru.
Yang paling 'ngena' adalah saat mereka berbicara tentang kehidupan. Bagaimana manusia di kota hidup di gua kesenangan yang semu, bagaimana ada orang yang berani mencari tantangan dengan keluar dari gua, bagaimana ibu tua dari Jogja masih berjualan pada pagi dini hari dan dikit yang beli jualannya dan dia berjualan tanpa alas kaki, bagaimana mas Suhartono Gembul dengan logat medoknya bercerita tentang suporter bola Indonesia, dan yang paling ngena adalah saat Ian nggak sadar dan Arial nggak kuat.
Inget kejadian yang menimpa Arial, inget kejadian yang pernah saya alami waktu pendakian perdana ke Penanggungan. Kata-kata Arial dan Genta mirip banget. Berikut (eh, tapi nggak mirip-mirip banget yah, intinya aja sih yang sama. Maaf, lagi gak lihat bukunya):
Arial : "Gue... turun aja ya. Nggak kuat."
Genta : "Enggak!!! Apa-apaan lo!!!!"
Mereka udah naik jauh banget itu. Dan Arial mau turun ke camp di Arcopodo gara-gara nggak kuat. Mirip banget sama kejadian nyata, di mana kalo ada salah satu pendaki dari suatu rombongan yang nggak kuat, maka yang lain akan menyemangati. Di alam, siapa pun bisa jadi saudara. Yang nggak kenal aja kalo ketemu di hutan udah serasa rekan sendiri (soalnya di hutan nggak bisa ketemu homo sapiens lain), apalagi yang udah kenal kayak keluarga sendiri.
Saling menyemangati, saling membantu dan menolong walau nggak kenal, dan saling pengertian dan bisa merasakan yang orang lain rasakan. Semoga semua itu tetap ada di diri para pecinta alam. Karena, kalau individual, yah, orang kan nggak bisa menhadapi alam sendirian.
Banyak yang bilang buku ini bagus (yah, emang bagus). Mayoritas orang akan bilang mereka kagum dengan cara penulis a.k.a mas Dhonny Dirgantoro membangkitkan semangat untuk percaya bahwa setiap orang bisa melakukan apa yang ia mau asal ia punya niat kuat.
Yap, kalau diperhatikan, banyak banget kan obrolan ngalor-ngidul ala anak muda yang temanya loncat-loncat di novel ini. Katakanlah saat ngomongin filsafat, trus tebak-tebakan garing. Beda sama novel kebanyakan, yang, katakanlah temanya cinta-cintaan. Segala percakapan, gerak-gerik pelaku, pasti semuanya masih mengarah ke tema yang diangkat. Nah, inilah yang saya suka! Penulis bisa menyisipkan pesan-pesan dalam percakapan ngalor ngidul tadi. Sekaligus, menyisipkan adegan kosong seperti tebak-tebakan garing, yang pada kenyataannya memang sering terjadi di percakapan anak muda.
Aaanyway, selain novel, 5Cm juga udah dibuat versi komiknya sekitar 2011 yang lalu. Selain itu, pada 12.12.12 nanti, film 5Cm juga bakalan tayang di bioskop-bioskop seantero Indonesia. Cihuuyyy!!
Banyak yang bilang buku ini bagus (yah, emang bagus). Mayoritas orang akan bilang mereka kagum dengan cara penulis a.k.a mas Dhonny Dirgantoro membangkitkan semangat untuk percaya bahwa setiap orang bisa melakukan apa yang ia mau asal ia punya niat kuat.
"Setiap kamu punya mimpi atau keinginan atau cita-cita, kamu taruh di sini, di depan kening kamu... jangan menempel. Biarkan...."
"Dia..."
"Menggantung..."
"Mengambang..."
"5 centimeter... di depan kening kamu."Tapi selain itu, yang bikin saya lebih kagum adalah bagaimana penulis novel ini bisa begitu berani. Berani?
Yap, kalau diperhatikan, banyak banget kan obrolan ngalor-ngidul ala anak muda yang temanya loncat-loncat di novel ini. Katakanlah saat ngomongin filsafat, trus tebak-tebakan garing. Beda sama novel kebanyakan, yang, katakanlah temanya cinta-cintaan. Segala percakapan, gerak-gerik pelaku, pasti semuanya masih mengarah ke tema yang diangkat. Nah, inilah yang saya suka! Penulis bisa menyisipkan pesan-pesan dalam percakapan ngalor ngidul tadi. Sekaligus, menyisipkan adegan kosong seperti tebak-tebakan garing, yang pada kenyataannya memang sering terjadi di percakapan anak muda.
Aaanyway, selain novel, 5Cm juga udah dibuat versi komiknya sekitar 2011 yang lalu. Selain itu, pada 12.12.12 nanti, film 5Cm juga bakalan tayang di bioskop-bioskop seantero Indonesia. Cihuuyyy!!
Hmmm... untung kuselamatkan hidupmu dengan 5 cm
BalasHapuswAKAKAKAKAKAK
Hahaha, iya, untung nemu buku itu ya... Udah lama ngincar itu buku
BalasHapus